Everybody Changing – Keane

27 12 2009

You say you wander your own land
But when I think about it
I don’t see how you can

You’re aching, you’re breaking
And I can see the pain in your eyes
Since everybody’s changing
And I don’t know why.

So little time
Try to understand that I’m
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody’s changing
And I don’t feel the same.

You’re gone from here
Soon you will disappear
Fading into beautiful light
’cause everybody’s changing
And I don’t feel right.

So little time
Try to understand that I’m
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody’s changing
And I don’t feel the same.

So little time
Try to understand that I’m
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody’s changing
And I don’t feel the same.

Ooo…
Everybody’s changing
And I don’t feel the same.





Music On Console

24 12 2009

MP3 player favorit sejak dl. Untuk menjalankan :

[root@kopipait~#]mocp

What is MOC?

MOC (music on console) is a console audio player for LINUX/UNIX designed to be powerful and easy to use.

You just need to select a file from some directory using the menu similar to Midnight Commander, and MOC will start playing all files in this directory beginning from the chosen file. There is no need to create play lists like in other players.

If you want to combine some files from one or few directories on one play list, you can do this. The play list will be remembered between runs or you can save it as an m3u file to load it whenever you want.

Need the console where MOC is running for more important things? Need to close the X terminal emulator? You don’t have to stop playing – just press q and the interface will be detached leaving the server running. You can attach it later, or you can attach one interface in the console, and another in the X terminal emulator, no need to switch just to play another file.

MOC plays smoothly, regardless of system or I/O load because it uses the output buffer in a separate thread. It doesn’t cause gaps between files, because the next file to be played is precached while playing the current file.

Internet stream (Icecast, Shoutcast) are supported.

Key mapping can be fully customized.

Supported file formats are: mp3, Ogg Vorbis, FLAC, Musepack, Speex, WAVE, AIFF, AU (and other less popular formats supported by libsndfile. New formats support is under development.

Other features:

  • Simple mixer.
  • Color themes.
  • Searching the menu (the play list or a directory) like M-s in Midnight Commander.
  • The way MOC creates titles from tags is configurable.
  • Optional character set conversion for file tags using iconv().
  • OSS, JACK, and ALSA output.

http://moc.daper.net





Sejenak Merasakan Nikmat Hidup ini

23 12 2009

Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya, “Guru, saya sudah bosan hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati.”

Sang Guru tersenyum, “Oh, kamu sakit.”

“Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu bernama, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita
menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” kata sang Guru.

“Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” Pria itu menolak tawaran sang Guru.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”

“Ya, memang saya sudah bosan hidup.”

“Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisasnya kau minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan
tenang.”

Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang satu ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun.
Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Ini adlaah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil
makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu.” Sekali lagi, karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, “Sayang, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, sayang.”

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami.”

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.”

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya,
ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!

-MyQuran Milist-





Modem Smart EVDO AC2726

23 12 2009

Pertama kali modem dicolok, ternyata dia dikenali degan USB-CD bukan modem. Berikut cara singkat agar modem tipe ini dapat bekerja :

– hasil lsusb :

Bus 001 Device 001: ID 1d6b:0002 Linux Foundation 2.0 root hub
Bus 005 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub
Bus 004 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub
Bus 003 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub
Bus 002 Device 009: ID 19d2:fff1
Bus 002 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub

– Update kernel versi terbaru, versi 2.6.28-13 sudah bisa melakukan sudo modprobe usbserial

– install USB Modeswitch

– edit /etc/usbmodeswitch.conf

– tambahkan :

########################################################
# ZTE AC2726 (EVDO)
#
# Contributor: Wasim Baig
DefaultVendor=  0x19d2
DefaultProduct= 0xfff5
TargetVendor=   0x19d2
TargetProduct=  0xfff1
MessageContent="5553424312345678c00000008000069f010000000000000000000000000000"

Buat rule baru di /etc/udev/rules.d :

########################################################
# /etc/udev/rules.d/99-zte-ac2726.rules
#
# Smart ZTE AC2726 (EVDO)
#
SUBSYSTEM=="usb", SYSFS{idVendor}=="19d2", SYSFS{idProduct}=="fff5", RUN+="/usr/sbin/usb_modeswitch --default-vendor 0x19d2 --default-product 0xfff1 --message-content 5553424312345678c00000008000069f030000000000000000000000000000"


– cabut colok kembali USB,  lihat hasil lsusb apakah sudah berubah dari 19d2:fff5 ke 19d2:fff1

– selanjutnya #sudo modprobe usbserial vendor=0x19d2 product=0xfff1

Tinggal melakukan wvdial, pada wfdial.conf :

[Dialer smart]
Init1 = ATZ
Init2 = ATQ0 V1 E1 S0=0 &C1 &D2 +FCLASS=0
Stupid Mode = 1
Modem = /dev/ttyUSB0
Phone = #777
Idle Seconds = 300
Password = smart
Modem Type = USB Modem
Compuserve = 0
Baud = 921600
Auto DNS = 1
Dial Command = ATDT
Ask Password = 0
ISDN = 0
Username = smart

Thanks to : Heriman, yg sudah berkenan menjawab pertanyaan saya di  forum.linux.or.id

19d2:fff5 sudah berubah ke 19d2:fff1




Iklan MTV

23 12 2009

Dapet dari milist, katanya MTV versi luar negri (US) dan sempat dicekal karena kata-katanya yang sangat berani.



Text next to the towers: “2.863 people died”
Text next to the guy: “40 milllion of HIV infected in the world”
“The world united against terrorism. It should also be united against AIDS



Text next to the towers: “2.863 people died”
Text next to the kid:: “824 million people starving in the world”
“The world united against terrorism. It should also be united against HUNGER

Text next to the towers: “2.863 people died”
Text next to the old man: “630 million of homeless people in the world”
“The world united against terrorism. It should also be united against POVERTY





Driver WLan Acer 4530

17 12 2009

OS yang di install : WindowsXP, Tested and Working

Dikarenakan driver WLAN yang ada di CD tidak berjalan dengan baik (meskipun dlm CD tertulis untuk XP). Bisa diinstall tapi muncul tanda seru (Device Manager), pada TroubleShoot muncul keterangan file corrupt/missing.

Download





IP Forwarding & (Source) NAT

16 12 2009

Suatu Desa dan Seorang Anak

Ilustrasi Kampungnya

Inilah peta kecamatan OtotKwat yang terletak di salah satu distrik di Negeri Kayangan.

Pada Suatu Hari…

Hiduplah keluarga bahagia di Desa Suka Nyapu. Keluarga itu memiliki seorang anak yang masih balita. Mereka menjalani kehidupan seperti biasa, hingga pada suatu hari sang ibu sakit flu. Karena pileknya tak tertahankan dan bapak sedang nun jauh di sana bekerja, maka ibu terpaksa minta tolong pada anaknya untuk membeli obat di toko obat Bu Jamilah yang terletak di Desa Suka Ngelap, walaupun sang anak sebenarnya tidak tahu jalan. Yang diketahui oleh anaknya hanyalah kalau mau keluar dari Desa Suka Nyapu, jalannya ya hanya itu saja.

Ibu berpesan kepada anaknya: “Nak, tolong belikan obat UsirPhileg di toko Bu Jamilah. Naik sepeda saja, nanti kalau sudah ketemu Pak Hasan tanyakan jalan ke Desa Suka Ngelap.” Dan berangkatlah sang anak naik sepeda kecilnya. Klutak klutek klutik, akhirnya sang anak bertemu dengan Pak Hasan. Berkatalah sang anak kepada Pak Hasan: “Pak, saya mau ke toko obat Bu Jamilah di Desa Suka Ngelap. Saya lewat mana ya pak?” Dan Pak Hasan pun menjawab: “Belok kanan nak, nanti kamu akan sampai ke Desa Suka Ngelap.”

Sesampainya di Desa Suka Ngelap di toko Bu Jamilah, anak itu kemudian membeli obat, dan menuju kembali pulang. Bertanyalah sang anak kepada Bu Jamilah: “Bu, kembali ke Desa Suka Nyapu lewat mana?” Dan dia memperoleh jawaban: “Lewat jalan yang tadi saja Nak, kemudian nanti kalau sudah ketemu Pak Hasan tanyakan saja jalan menuju Desa Suka Nyapu.”

Klutak klutek klutik, bertemulah anak itu dengan Pak Hasan lagi. Kembali dia bertanya: “Pak, saya mau ke Desa Suka Nyapu lewat mana ya?” Jawaban yang diperoleh: “Belok kiri nak, nanti kau akan sampai kembali ke desamu.” Akhirnya, dengan arahan Pak Hasan, sampailah sang anak ke desanya dengan membawa obat flu untuk ibunya yang sedang sakit.

Pada Hari Yang Lain…

“Ibu, aku ingin mandi, tapi sabunnya habis.. hiks.. hiks..” Sang ibu pun berkata kepada anaknya: “Ya beli dong nak, di Desa Suka Mandi pasti ada yang jual sabun.” Tanpa basa-basi, sang anak langsung berangkat menuju Desa Suka Mandi. Dia tak merasa perlu bertanya kepada ibunya, karena toh jalan keluar dari desanya ya hanya itu, dan nanti dia bisa bertanya kepada Pak Hasan.

Sesampainya di tempat Pak Hasan, dia bertanya: “Pak, ke Desa Suka Mandi lewat mana ya?” Dan Pak Hasan pun menjawab: “Bapak tidak tahu, Nak, jadi kamu lurus saja dan nanti tanyakan ke Pak Amir.” Berangkatlah dia mengikuti petunjuk Pak Hasan. Tak lama kemudian, sampailah dia ke tempat Pak Amir. Lagi-lagi dia menanyakan pertanyaan yang sebelumnya telah dia tanyakan ke Pak Hasan.Tapi di luar dugaan, Pak Amir berkata: “Jangan ke sana, Nak, pulanglah. Di sana sedang ada kerusuhan!” Tanpa patah semangat, sang anak terus-menerus mendesak agar boleh meneruskan perjalanan ke Desa Suka Mandi. Karena ternyata Pak Amir tak bergeming, maka pulanglah sang anak dengan kecewa. Dasar balita ndak tau jalan, ketika bertemu Pak Hasan, bertanya lagi dia tentang jalan pulangnya. Berkat petunjuk Pak Hasan, akhirnya dia sampai ke desanya dan kembali ke rumah.

Selang beberapa hari, kembali sang anak melanjutkan usahanya menuju Desa Suka Mandi. Dengan melalui jalan yang sama seperti beberapa hari sebelumnya, sampailah anak itu ke tempat Pak Amir. Karena keadaan sudah aman, berkatalah Pak Amir kepada anak itu: “Jalan terus saja nak, nanti bertanyalah kepada Pak Badri.” Dengan riang gembira, berjalanlah dia sesuai dengan arahan Pak Amir. Sesampainya di tempat Pak Badri, kembali dia menanyakan jalan ke Desa Suka Mandi. Dijawab oleh Pak Badri: “Belok Kanan, ikuti jalan!” Cihuyyy, dia berjalan dan akhirnya sampailah ke toko sabun itu.

Karena mendapati bahwa pembelinya balita, bertanyalah si penjual: “Rumahmu di mana, Nak?” Sang anak menjawab: “Rumah saya ada di Desa Suka Nyapu.” Penjualnya kemudian berkata: “Aku tak tahu di mana itu, Nak. Berangkatlah ke Pak Badri, kemudian tanyakan jalan menuju arah pulangmu.” Sambil tersenyum, berangkatlah anak itu. Sesampainya di tempat Pak Badri, dia menanyakan jalan yang mana yang menuju ke arah desanya. Dia memberitahukan bahwa desanya adalah Desa Suka Nyapu. Di luar dugaan, Pak Badri menjawab: “Aduh Nak, aku tak tahu ke mana arah pulangmu. Aku cuma tahu jalan ke Desa Suka Mandi, Desa Suka Cuci, Desa Suka Ngepel, dan Desa Suka Setrika. Ke 2 desa yang terakhir melewati Pos Pak Amir. Selebihnya aku tak tahu.” Menangislah sang anak, dan karena dia tak bisa pulang, maka dia menjalani sisa hidupnya sampai mati di Pos Pak Badri.

Sayang sekali hidupnya harus berakhir seperti itu. Kejadian itu tidak perlu terjadi andaikata sebelumnya Pak Amir berkata: “Nak, sepulangmu nanti katakan kepada Pak Badri bahwa kau berasal dari Pos Pak Amir,” karena Pak Badri memang tahu ke mana jalan yang harus ditempuh kalau anak itu akan kembali menuju Pos Pak Amir, tapi selebihnya tidak. Setelah sampai di tempat Pak Amir, anak itu bisa diteruskan menuju tujuan yang sesungguhnya, yaitu rumahnya di Desa Suka Nyapu.

Computer Network Version of Previous Story

Dalam dunia jaringan, padanannya kira-kira begini:

  • Anak balita yang berjalan-jalan adalah IP Packet.
  • Pak Hasan, Pak Amir, dan Pak Badri pada perangkat jaringan berperan sebagai ROUTER.
  • Desa-desa di kecamatan OtotKwat pada jaringan merupakan suatu Network Segment.
  • Warna biru menunjukkan proses routing. Tentu saja, pada proses ini IP Forwarding aktif.
  • Warna hijau menunjukkan kondisi di mana router tidak melakukan IP Forwarding. Dalam dunia Linux, kondisi ini berlaku ketika /proc/sys/net/ipv4/ip_forward bernilai 0.
  • Warna merah merupakan ilustrasi peristiwa timeout.
  • Warna oranye merupakan ilustrasi peristiwa destination unreachable.
  • Warna hijau aneh merupakan ilustrasi peristiwa source NAT.

Skema Jaringan

Pada skema di bawah ini, kotak kuning adalah internet, sedangkan warna hijau (atau biru? terserah) muda adalah jaringan suatu gedung.

Cara Kerja

Menurut cerita sebelumnya, dari Desa Suka Nyapu sang anak menuju ke Desa Suka Ngelap. Pada versi ini, berarti ada paket dari network 10.1.21.0/24 ke network 222.111.212.248/29. Kalau memperhatikan cerita sebelumnya, tidak ada operasi Source NAT di situ. Kok bisa sampai? Padahal asalnya adalah IP Privat, dan tujuannya adalah IP Publik! Tak masalah. Berapa pun IPnya, asal router punya info tentang itu ya ndak masalah. Yang penting adalah router punya info untuk paket itu untuk kembali. Kasus yang persis sama berlaku untuk cerita kalau ada paket dari 172.16.92.16/28 ke 222.111.212.248/29, atau untuk cerita 10.1.21.0/24 ke 202.212.222.128/28.

Pada cerita sebelumnya pun tergambarkan bahwa paket dari 10.1.21.0/24 ke 9.10.11.0/23 tanpa operasi NAT ya bisa sampai kok. Perkaranya adalah, siapa pun yang dihubungi di 9.10.11.0/23 tidak dapat mengirim jawaban kembali ke 10.1.21.0/24. Kenapa? Karena Pak Badri tidak tahu di mana itu desa 10.1.21.0/24. Kenapa ndak tau? Karena tidak ada dalam routing table-nya. Alasan lain yang sedikit lebih masuk akal: Silakan baca RFC1918 yang menyatakan bahwa 10.0.0.0/8, 172.16.0.0/12, dan 192.168.0.0/16 tidak boleh routeable di internet. Kenapa angkanya itu? Ya suka-suka yang bikin keputusan. Tugas kita adalah menikmati keputusan, bukan ikut memikirkan keputusannya.

Sebentar, bukannya paket ndak bisa nyampe karena IP privat diblok? Pada dasarnya tidak. Ngapain diblok? Tidak diblok pun tetap tidak bisa balik lha ndak ada info route-nya. Kalau mau diblok ya boleh-boleh saja, itung-itung ngurangi traffic yang ndak perlu.

Nah setelah ada operasi S-NAT pada paket yang menuju ke 9.10.11.0/23, maka harusnya paket bisa balik ke tujuan, karena Pak Badri akan melihat bahwa paket itu berasal dari jaringan Pak Amir. Setelah dikembalikan ke Pak Amir, maka Pak Amir bisa mengembalikan paket data tersebut ke jaringan asalnya. Kalau tidak di-NAT bagaimana? Ya sesuai cerita di atas: Tewas.

Kesimpulan

IP Forwarding merupakan peristiwa di mana router meneruskan paket yang diterima pada suatu interface ke interface yang lain sesuai tujuan paket.

Source NAT merupakan peristiwa di mana router mengubah paket, menggantikan SourceAddress paket tersebut menjadi suatu alamat tertentu.

Bisakah IP Forwarding bekerja tanpa S-NAT? BISA. Bisakah S-NAT bekerja tanpa IP Forwarding? Bisa aja sih, tinggal set iptables kalo anda pake Linux, atau perintah NAT lain yang sesuai untuk router anda. Tapi ya ngapain???

Credit goes to : KAMAS MUHAMMAD <kamas@lc.vlsm.org>





Harvard Vs Stanford

16 12 2009

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston , dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University .
Sesampainya disana sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge .

“Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard”, kata sang pria lembut.
“Beliau hari ini sibuk,” sahut sang Sekretaris cepat.
“Kami akan menunggu,” jawab sang Wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

“Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi,” katanya pada sang Pimpinan Harvard.

Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul. Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut. Sang wanita berkata padanya,

“Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini. bolehkah?” tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.
Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut.
“Nyonya,” katanya dengan kasar,
“Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.”

“Oh, bukan,” Sang wanita menjelaskan dengan cepat, “Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk
Harvard.”

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak,

“Sebuah gedung?!
Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung? Kalian perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard.”

Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang.
Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan,

“Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja ?”

Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan. Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto , California , di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi dipedulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University , salah satu universitas favorit kelas atas di AS.

————————————————————————————————

Pesan Moral :
Kita, seperti pimpinan Harvard itu, acap silau oleh baju, dan lalai.
Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju,
acap menipu.